Semarang – Lumpia Semarang adalah salah satu warisan kuliner dari perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa. Menurut buku Dari Sam Poo Kong ke Lumpia Semarang (2019), lumpia Semarang sudah ada sejak abad ke-19 atau sebelum tahun 1900. Berikut sejarah lumpia Semarang hingga fakta-faktanya.
1. Sejarah Lumpia Semarang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, lumpia adalah penganan yang dibuat dari adonan tepung dan telur yang didadar, diisi daging, rebung, dan sebagainya, lalu digulung dan biasanya digoreng.
Dalam buku Dari Sam Poo Kong ke Lumpia Semarang terbitan Balai Bahasa Jawa Tengah disebutkan sejarah lumpia Semarang berawal ketika seorang lelaki Tionghoa memutuskan tinggal dan menetap di Semarang. Lelaki itu bernama Tjoa Thay Joe, kelahiran Provinsi Fujian, Tiongkok.
Di Semarang, Tjoa Thay Joe membuka usaha makanan khas Tionghoa berupa makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Suatu hari, Tjoa Thay Joe bertemu dengan Wasih, wanita asli Jawa.
Bukannya bersaing, mereka justru saling jatuh cinta hingga menikah. Sejak itulah keduanya meleburkan usaha dagang makanannya. Isi lumpia berkulit renyah itu diganti menjadi daging ayam atau udang yang dicampur rebung manis.
Karena jajanan ini dijual di Olympia Park, pasar malam Belanda pada masa itu, lama-kelamaan makanan itu dikenal dengan sebutan lumpia. Begitulah sejarah singkat lumpia Semarang.
2. Fakta-fakta Seputar Lumpia Semarang
Menurut jurnal Lumpia Semarang pada Masa Orde Baru (Lumpia sebagai Identitas Budaya Etnis Tionghoa Peranakan Semarang) dalam Avatara Vol 3 No 3 tahun 2015, lumpia berasal dari kata lun bing yang dalam dialek Hokkian berbunyi lun pia yang berarti kue bulat.
Dikutip dari jurnal karya IE Susanti dan SM Purwaningsih, dua peneliti dari Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Surabaya, berikut fakta-fakta seputar lumpia Semarang:
1. Lumpia di di Tiongkok disebut dengan chun juan (baca: ju-en cuen). Chun berarti musim semi dan juan berarti menggulung. Secara harfiah dalam bahasa Inggris disebut spring roll
2. Lumpia Semarang diberi nama berdasarkan bentuk makanannya, yaitu lun (Bahasa Jawa) yang artinya gulung dan pia (Bahasa Hokkien) yang artinya kue. Jadi, lumpia adalah kue gulung.
3. Bagi etnis Tionghoa Semarang, lumpia tidak diwajibkan dalam sembahyang Tahun Baru.
4. Lumpia Semarang berbeda dengan lumpia Jakarta dan lumpia Medan yang menggunakan isian bengkuang, mirip Popiah Singapura. Sedangkan Lumpia Semarang menggunakan isian rebung.
5. Pada mulanya Warsih dan Thay Yoe menjual lumpia Semarang berkeliling dengan pikulan. Akhirnya mereka menetap di samping klenteng Tay Kak Sie Semarang sekitar tahun 1950-an.
Lumpia Gang Lombok, Kuliner Legendaris Semarang yang Selalu Banjir Pesanan.
Leave a Reply