1. Infrastruktur pengisian hidrogen sangat terbatas
Salah satu kelemahan terbesar mobil hidrogen adalah terbatasnya infrastruktur pengisian hidrogen. Saat ini, stasiun pengisian hidrogen hanya tersedia di beberapa negara, seperti Jepang, Korea Selatan, California (AS), dan sebagian negara Eropa. Di banyak negara lain, infrastruktur ini hampir tidak ada, membuat mobil hidrogen sulit digunakan untuk perjalanan jarak jauh atau sebagai kendaraan sehari-hari.
Pembangunan stasiun pengisian hidrogen membutuhkan investasi besar karena sistem penyimpanan dan distribusi hidrogen memerlukan teknologi khusus untuk menjaga keamanan dan efisiensi. Tanpa infrastruktur yang memadai, pengguna mobil hidrogen terpaksa bergantung pada jaringan pengisian yang sangat terbatas, yang dapat membatasi mobilitas mereka.
2. Harga jual masih sangat tinggi
Mobil hidrogen cenderung lebih mahal dibandingkan kendaraan listrik berbaterai (BEV) atau kendaraan konvensional. Hal ini disebabkan oleh teknologi fuel cell yang rumit dan mahal untuk diproduksi. Bahan baku fuel cell, seperti platinum yang digunakan sebagai katalis, sangat mahal sehingga menambah biaya produksi.
Itu sebabnya harga mobil hidrogen di pasar relatif tinggi. Misalnya, Toyota Mirai generasi kedua, dijual dengan harga sekitar 50 ribu dolar AS atau setara Rp750 juta. Jika dijual di Indonesia, harganya bisa melonjak berlipat kali karena statusnya yang CBU.
3. Efisiensi energi yang lebih rendah
Meskipun hidrogen dianggap sebagai bahan bakar bersih, proses produksinya tidak selalu efisien. Produksi hidrogen melalui elektrolisis air membutuhkan energi listrik yang besar, sehingga efisiensi energi dari sumber daya hingga pengguna akhir lebih rendah dibandingkan mobil listrik berbaterai.
Jika listrik yang digunakan untuk memproduksi hidrogen berasal dari sumber energi fosil, maka dampak lingkungan dari mobil hidrogen bisa sama atau bahkan lebih besar daripada mobil listrik berbaterai. Selain itu, transportasi dan penyimpanan hidrogen juga membutuhkan energi tambahan, yang semakin mengurangi efisiensi keseluruhan sistem.
4. Keamanan dan penyimpanan hidrogen
Hidrogen adalah gas yang sangat mudah terbakar, sehingga penyimpanannya memerlukan keamanan yang sangat ketat. Tangki hidrogen pada mobil harus dirancang dengan standar keamanan tinggi. Meski begitu potensi risiko tetap ada, terutama jika terjadi kebocoran.
Sifat hidrogen yang ringan membuatnya cepat menyebar di udara, yang dapat meningkatkan risiko ledakan jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu, hidrogen harus disimpan pada tekanan tinggi (sekitar 700 bar) agar dapat digunakan secara efisien. Sistem penyimpanan ini menambah bobot kendaraan dan memerlukan perawatan yang teliti untuk menjaga keselamatan pengguna.
5. Teknologinya belum matang
Saat ini teknologi pada mobil hidrogen masih terus dikembangkan dan karenanya belum sepenuhnya matang. Banyak produsen mobil masih berada dalam tahap penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan efisiensi, menekan biaya produksi serta memperluas infrastruktur.
Selain itu, adopsi teknologi ini masih jauh dibandingkan dengan mobil listrik berbaterai, yang telah mendapatkan dukungan luas dari pemerintah dan konsumen di berbagai negara. Hal ini menjadikan mobil hidrogen kurang kompetitif di pasar kendaraan ramah lingkungan saat ini.
Leave a Reply